2.1 Pendapat
Para Ahli Terkait dengan Kecerdasan Anak.
Kecerdasan
merupakan anugerah
yang diberikan oleh Tuhan kepada
setiap insan. Anugerah ini
mampu menggerakkan seluruh sendi
kehidupan di dunia dan keberhasilan yang dirasakan selama ini. Istilah kecerdasan
sering dikaitkan dengan kemampuan
seseorang untuk bertindak, bekerja, menghitung matematis, mengukur, membaca cepat,
berbahasa asing dengan lancar, memecahkan masalah,
bekerjasama, sabar, pintar, IQ di atas rata-rata, pengambilan keputusan dan mengerjakan
banyak hal sekaligus. Dari semua pengertian yang ada, para ahli sepakat bahwa
yang dimaksud dengan kecerdasan paling tidak mengandung dua aspek pokok yaitu;
kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan.
Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan
melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga,
guru, teman dan nilai-nilai budaya yang berkembang.
Banyak teori-teori yang diungkapkan oleh para ahli
terkait dengan kecerdasan anak. Berikut ini berbagai teori yang membahas tentang kecerdasan:
1. Kecerdasan
Umum/General Intelligence (G)
Teori kecerdasan umum dicetuskan oleh Charles Spearman,
seorang ahli psikologi dari Inggris pada awal 1900. Teori ini berpendapat bahwa
manusia mempunyai sebuah kemampuan mental umum yang mendasari semua
kemampuannya untuk menangani kerumitan kognitif. Faktor G ini dikaitkan dengan
kemampuan untuk melakukan pemecaham masalah, pemikiran abstrak, dan keahlian
dalam pembelajaran.
2. Kecerdasan
Cair dan Kecerdasan Kristal/Fluid Intelligence and Crystalized Intelligence
Teori kecerdasan ini merupakan pengembangan lebih lanjut
dari teori general
intelligence. Dalam teori ini dinyatakan bahwa ada dua macam kecerdasan
umum, yaitu kecerdasan cair dan kecerdasan kristal. Kecerdasan cair adalah
kecerdasan yang berbasis pada sifat biologis. Kecerdasan cair meningkat sesuai
dengan pertambahan usia, mencapai puncak saat dewasa, dan akan menurun pada
saat tua karena proses biologis tubuh. Sedangkan kecerdasan kristal adalah kecerdasan
yang diperoleh dari proses pembelajaran dan pengalaman hidup. Jenis kecerdasan
ini dapat terus meningkat, tidak ada batas maksimal selama manusia masih bisa
dan mau belajar. Teori ini dicetuskan oleh Raymond Cattel dan John Horn pada
tahun 1960-an.
3. Kecerdasan
yang Dapat Dimodifikasi/ Modifiable Intelligence
Teori ini dikembangkan oleh Reuven Feuerstein yang bekerja
dengan anak-anak cacat mental. Ia mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan
kemampuan berpikir dan merancang suatu metode untuk mengajar anak tersebut.
Tujuannya adalah mengajarkan keahlian berpikir dan memodifikasi keahlian
kognitif dengan dasar kejadian atau pengalaman yang dialami anak tersebut.
4. Kecerdasan
Proksimal/Proximal Intelligence
Menurut Leo Vygotsky, cara menguji perkembangan kognitif
seorang anak dilakukan tidak hanya dengan memerhatikan kronologis dan usia
mental anak, tetapi juga dengan memerhatikan kapasitas potensi anak tersebut.
Caranya adalah dengan membandingkan kemampuan anak menyelesaikan suatu
permasalahan seorang diri dan dengan mendapat bantuan seorang guru. Perbedaan
antara dua hasil pengukuran ini merupakan ukuran wilayah dan arahan terhadap
potensi anak.
5. Kecerdasan
yang Dapat Dipelajari/Learnable Intelligence
Inti teori yang dicetuskan oleh David Perkins dari Harvard
ini adalah bahwa kecerdasan dipengaruhi dan dioperasikan oleh beberapa faktor
dalam kehidupan manusia. Faktor tersebut adalah sistem otak, pengalaman hidup,
dan kapasitas untuk melakukan pengaturan diri.
6. Kecerdasan
Perilaku/Behaviour Intelligence
Profesor Arthur Costa dari Institute of Intelligence di
Berkeley melakukan riset terhadap kecerdasan sebagai suatu kumpulan dari
kecenderungan perilaku. Yang termasuk kecerdasan adalah keuletan, kemampuan
mengatur perilaku impulsif, empati, fleksibilitas dalam berpikir, metakognisi,
menguji akurasi dan ketepatan, kemampuan bertanya dan mengajukan pertanyaan,
menerapkan pengetahuan yang didapatkan sebelumnya, ketepatan penggunaan bahasa
dan pikiran, mengumpulkan data melalui panca indra, kebijaksanaan, rasa ingin
tahu, dan kemampuan mengalihkan perasaan.
7. Kecerdasan
Tri Tunggal/Triarcthic Intelligence
Menurut Prof. Robert J. Stenberg, seorang yang berhasil
pasti mempunyai keseimbangan dalam kecerdasan kreatif, analisis, dan praktis.
Kecerdasan kreatif meliputi kemampuan mengenali dan merumuskan ide yang baik
dan solusi untuk masalah dalam berbagai bidang kehidupan. Kecerdasan analisis
digunakan saat secara sadar mengenali dan memecahkan masalah, merumuskan
strategi, menyusun dan menyampaikan informasi dengan akurat, mengalokasikan
sumber daya, dan memantau hasil yang dicapai. Kecerdasan praktis adalah
kecerdasan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk bisa bertahan
hidup. Kecerdasan ini meliputi
keberhasilan mengatasi perubahan dan kumpulan pengalaman dalam mengatasi
berbagai masalah.
8. Kecerdasan
Moral
Teori kecerdasan moral dicetuskan oleh Robert Coles. Teori
ini didasari oleh bagaimana lahir dan terbentuknya nilai hidup dalam diri
seorang anak. Kita menjadi apa yang kita jalani dan apa yang kita jalani dalam
hidup kita dituntun oleh orang yang berpengaruh dalam hidup kita. Coles yakin
bahwa anak dapat menjadi lebih cerdas dan dapat mempelajari empati, rasa
hormat, dan bagaimana hidup berdasarkan pada prinsip dan nilai hidupnya.
9. Kecerdasan
Emosional/Emotional Intelligence
Menurut Daniel Goleman, dalam kecerdasan emosi terdapat
lima komponen penting dan kombinasi dari masing-masing komponen ini memiliki
nilai yang lebih penting dari pada IQ. Elemen tersebut adalah kesadaran diri,
manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur hubungan/relasi.
10. Kecerdasan
Majemuk/Multiple Intelligence
Kecerdasan ini dicetuskan oleh Prof. Howard Gardner dari
Harvard. Menurutnya, manusia mempunyai lebih dari satu kecerdasan. Teori
kecerdasan Gardner mengatakan bahwa seorang manusia paling tidak memiliki
delapan kecerdasan, yaitu linguistik, logika-matematika, intrapersonal,
interpersonal, naturalis, musikal, visual-spasial, dan kinestetik.
Kedelapan kecerdasan ini bekerja sama dalam satu jalinan
yang unik dan rumit. Setiap manusia memiliki kecerdasan ini dengan kadar
perkembangan yang berbeda-beda.
Teori ini merupakan terobosan baru yang booming saat ini. Hal ini disebabkan karena
menurut teori ini setiap manusia pasti memiliki kecerdasan. Teori ini mendobrak
sistem yang selama ini diagung-agungkan dan digunakan dalam mengukur kecerdasan
seseorang dengan tes IQ. Dengan teorinya, Howard Gardner mengubah cara kita
memandang kecerdasan.
Lebih dari sekedar penjabaran tentang sifat kecerdasan,
teori kecerdasan ini telah memengaruhi para pendidik dan sekolah-sekolah di
seluruh dunia. Berdasarkan teori ini, banyak dikembangkan metode-metode
pengajaran baru.
Kecerdasan
merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang bersifat dinamis, tumbuh dan berkembang. Berikut
ini beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
kecerdasan, antara lain:
a)
Pengalaman
Pengalaman merupakan ruang belajar yang dapat mendorong
pertumbuhan potensi seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa potensi otak tumbuh
dan berkembang sejalan dengan pengalaman hidup yang dilaluinya. Sejak lahir
hingga masa kanak-kanak yang memperoleh pengasuhan yang baik dari ibunya akan
tumbuh lebih cepat dan lebih sukses dibanding anak yang kurang mendapat
perhatian cenderung menimbulkan rasa rendah diri dan frustasi. Bila hal ini
berjalan secara berulang-ulang akan menentukan besaran potensi kecerdasan yang
dimilikinya.
b)
Lingkungan
Lingkungan atau konteks akan banyak membentuk kepribadian
termasuk potensi kecerdasan seseorang. Lingkungan yang memberikan stimulus dan
tantangan diikuti upaya pemberdayaan serta dukungan akan memperkuat otot mental
dan kecerdasan. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa lingkungan yang kaya
akan stimulus mendorong pertumbuhan koneksi sel otak. Hal ini terjadi pula pada
proses perkembangan otak manusia.
c)
Kemauan dan Keputusan
Kemauan yang kuat dalam diri seseorang membantu meningkatkan
daya nalar dan kemampuan memecahkan masalah. Kemauan dan keputusan sering
dijelaskan dalam teori motivasi. Dorongan positif akan timbul dalam diri
seseorang sejalan dengan lingkungan yang kondusif, sebaliknya jika lingkungan
kurang menantang sulit untuk membangun kesadaran untuk berkreasi. Otak yang
paling cerdas sekalipun akan sulit mengembangkan potensi intelektualnya.
d) Bawaan
Meskipun banyak argumentasi para ahli tentang besaran
pengaruh genetika atau faktor keturunan dalam perkembangan kecerdasan
seseorang, tetapi semua sepakat bahwa genetika sedikit banyak berpengaruh.
Hasil riset dibidang neuroscience menunjukkan bahwa faktor genetika berpengaruh
terhadap respon kognitif seperti kewaspadaan, memori, dan sensori. Artinya
seseorang akan berpikir dan bertindak dengan menggunakan ketiga aspek itu
secara simultan.
e)
GayaHidup
Gaya hidup erat kaitannya dengan
respon seseorang terhadap budaya dan lingkungan. Pilihan gaya hidup berpengaruh
besar terhadap tingkat perkembangan kognitif, seperti pola makan, jam tidur,
olah raga, obat-obatan, minuman, dan musik. Suatu riset yang dilakukan oleh
University of California membuktikan bahwa IQ dapat ditingkatkan 8-9 poin
dengan mendengarkan musik Mozart.
2.2 Kecerdasan
Ganda atau Multiple Intelligence.
Teori
lain mengenai kecerdasan anak yang lebih
luas dikemukakan Howard Gardner
seorang psikolog dan
guru besar Universitas Harvard yang menafsirkan kecerdasan dasar manusia dalam 8 dimensi
(terakhir dikemukakan kecerdasan yang ke-9) yang dikenal dengan Kecerdasan Ganda
(Multiple Intellegences). Garder berusaha memperluas cakupan potensi
manusia melampaui batas nilai IQ dengan mengkritik
beberapa tes kecerdasan yang dilakukan di lingkungan ilmiah dan pembelajaran. Menurutnya,
kecerdasan lebih berkaitan dengan kapasitas memecahkan masalah dan
menciptakan produk lingkungan yang kondusif dan alamiah (Amstrong, 2000).
Berikut ini merupakan macam-macam kecerdasan ganda
menurut Gardner beserta cirri-cirinya:
1.
Kecerdasan
Linguistik, merupakan kemampuan berkaitan dengan bahasa dengan
menggunakan kata secara efektif, baik lisan (bercerita, berpidato, orator atau
politisi) dan tertulis(serperti, wartawan, sastrawan, editor dan penulis).
Umumnya memiliki ciri antara lain: (a) suka menulis kreatif, (b) suka mengarang
kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal
atau hal-hal kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan
tepat dan mudah, (f) suka mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara
mendengarkan, (g) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan
berkomunikasi).
2.
Kecerdasan
Matematika-Logis, merupakan kemampuan
dalam menggunakan angka dengan baik (misalnya ahli matematika, fisikawan,
akuntan pajak, dan ahli statistik) dan melakukan penalaran (misalnya,
programmer, ilmuwan dan ahli logika). Ciri-cirinya antara lain: (a) menghitung
problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, (b) suka mengajukan pertanyaan
yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?, (c) ahli dalam permainan
catur, halma dsb, (d) mampu menjelaskan masalah secara logis, (d) suka
merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e) menghabiskan waktu dengan
permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.
3.
Kecerdasan
Spasial, merupakan kemampuan
mempersepsikan dunia spasial-visual secara akurat dan mentransformasikan
persepsi dunia spasial-visual dalam bentuk tertentu. Kecerdasan ini meliputi
kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau spasial, dan
mengorientasikan diri secara tepat dalam ruang lingkup spasial. Ciri-cirinya antara lain: (a) memberikan gambaran
visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, (b) mudah membaca peta atau
diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, (d) senang
melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e) sangat menikmati
kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka melamun dan
berfantasi, (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah, (h)
lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian, (i)
menonjol dalam mata pelajaran seni.
4.
Kecerdasan
Kinestetik-Jasmani, merupakan kemampuan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan
ide dan perasaan.
Misalnya sebagai aktor, pemain pantomim, atlet atau penari. Keterampilan
menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Misalnya pengrajin,
pematung, tukang batu, ahli mekanik, dokter bedah. Kecerdasan ini meliputi
kemampuan fisik spesifik seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan,
kekuatan, kelenturan, kecepatan atau kemampuan menerima rangsangan
(proprioceptive). Memiliki ciri: (a) banyak bergerak ketika duduk atau
mendengarkan sesuatu, (b) aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang,
bersepeda, hiking atau skateboard, (c) perlu menyentuh sesuatu yang sedang
dipelajarinya, (d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik
lainnya, (e) memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti
mengukir, menjahit, memahat, (f) pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau
prilaku orang lain, (g) bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang
dihadapinya, (h) suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, (i)
berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.
5.
Kecerdasan
Musikal, merupakan
kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara
mempersepsikan, membedakan, mengubah dan mengekspresikan. Kecerdasan ini meliputi
kepekaan terhadap irama, pola nada, melodi, warna nada atau suara suatu lagu.
Misalnya penikmat musik, kritikus musik, komposer, penyanyi. Memiliki ciri antara lain: (a) suka memainkan alat
musik di rumah atau di sekolah, (b) mudah mengingat melodi suatu lagu, (c)
lebih bisa belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi atau bersenandung untuk diri
sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti irama musik, (f) mempunyai suara
bagus untuk bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.
6.
Kecerdasan
Interpersonal, Kemampuan
mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain.
Dengan kata lain, mampu berinteraksi atau bergaul dengan orang lain secara
baik. Kecerdasan ini
meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara,
gerak-isyarat. Misalnya
seperti motivator, psikolog dan sebagainya. Memiliki ciri antara lain: (a)
mempunyai banyak teman, (b) suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan
tempat tinggalnya, (c) banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam
sekolah, (d) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya,
(e) berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, (f) sangat
menikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi pemimpin dan
berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.
7.
Kecerdasan
Intrapersonal, ialah kemampuan memahami diri sendiri
dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri secara akurat mencakup kekuatan dan keterbatasan. Kesadaran akan kemampuan diri sendiri, suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, keinginan, disiplin diri, memahami dan menghargai diri. Memiliki
ciri antara lain: (a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, (b)
bekerja atau belajar dengan baik seorang diri, (c) memiliki rasa percaya diri
yang tinggi, (d) banyak belajar dari kesalahan masa lalu, (e) berpikir fokus
dan terarah pada pencapaian tujuan, (f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek
yang dikerjakan sendiri.
8.
Kecerdasan
Naturalis, yaitu keahlian
mengenali dan mengkategorikan
spesies, flora dan fauna di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan
terhadap fenomena-fenomena alam. Memiliki ciri antara lain: (a) suka dan akrab
pada berbagai hewan peliharaan, (b) sangat menikmati berjalan-jalan di alam
terbuka, (c) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, (d)
menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam, (e) suka
membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, (f) berprestasi
dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.
9.
Kecerdasan
Spiritual, yaitu Keyakinan dan
mengaktualisasikan akan sesatu yang bersifat transenden atau penyadaran akan nilai-nilai akidah-keimanan, keyakinan akan kebesaran
Allah SWT. Kecerdasan ini meliputi kesadaran suara hati, aktualisasi, dan keikhlasan. Misalnya menghayati batal dan haram dalam agama, toleransi, sabar,
tawakal, dan keyakinan akan takdir baik dan buruk.